Pengunjung

Tiga Karakteristik Sahabat Rasullulloh

TIGA KARAKTERISTIK SHAHABAT RASULULLOH





Sesungguhnya segala puji hanya bagi Alloh. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada Alloh dari jahatnya diri dan buruknya amal perbuatan kita. Barang siapa diberi petunjuk oleh Alloh, tidaklah ia akan tersesat, barangsiapa disesatkan-Nya, tidaklah ia akan beroleh petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada  yang patut disembah selain Alloh, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya sekaligus rasul-Nya. Shalawat serta salam kepada junjungan Rasululloh Saw., keluarganya, dan seluruh shahabatnya, dan yang mengikuti mereka hingga akhir zaman nanti. Alloh berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 144 :

“Muhammad itu hanyalah seorang Rasul. Sungguh telah Kami utus rasul-rasul sebelumnya. Apakah jika ia wafat atau terbunuh, kamu akan berpaling ke belakang (murtad)? Dan barang siapa yang berpaling ke belakang, niscaya ia takkan merugikan Alloh sedikitpun.  Maka  anugerah Alloh bagi orang-orang yang bersyukur”.

Ayat di atas merupakan sinyalemen dari Alloh, bahwa setelah masa kerasulan Muhammad berlalu, akan ada golongan-golongan yang murtad dari agama Islam ini. Na'udzubillahi min dzaalik. Bukanlah karena mereka berpindah agama lantas disebut murtad, namun karena mereka meninggalkan syariat Islam di belakang mereka. Mereka tak mau hidup diatur oleh syariat Islam. Merekalah kalangan pembangkang, yang perlahan tapi pasti akan  meninggalkan Islam bagaikan anak panah meninggalkan busurnya. Mereka memandang bahwa Islam ini terlalu berat untuk dilaksanakan, mereka mengambil syariat itu sesuai  dengan kepentingan mereka. Anda ingin bukti?

Di masa khalifah Abu Bakkar, ada satu golongan, yaitu Bani Hanifah yang diperangi oleh beliau hanya karena kaum tersebut tak mau membayar zakat, salah satu pilar rukun Islam. Peperangan ini dikenal dengan perang Riddah, perang melawan kaum murtad. Dan tak hanya sampai di situ, kaum ini pun kemudian menggelembung hingga mencapai ratusan ribu orang di jazirah Arab, yang kemudian didukung oleh sisa-sisa imperium Romawi dan Parsi, kabilah-kabilah dan raja-raja kecil yang terampas kekuasaannya yang semena-mena hingga berada di bawah naungan Islam yang adil. Mereka membuat fitnah dan bid'ah-bid'ah. Mereka enggan untuk berhukum kepada hukum Alloh. Namun jika dikatakan kepada mereka: Islamkah Anda? Niscaya mereka tanpa syak akan menjawab: Ya. Saya seorang muslim!

Saat itu ratusan ribu pasukan murtad yang dipimpin oleh Musailamah al-Kadzab, si nabi  palsu, berlaku sangat congkak. Bertahun-tahun kaum muslimin dipimpin oleh khalifah Abu Bakkar memerangi mereka. Perlu Anda ketahui, saat itu pasukan Muslim tak lebih dari sepuluh ribu orang. Alloh mempergilirkan kemenangan baik bagi orang mukmin dan kafir, namun  percayalah, kebenaran pasti akan menang.


 Katakanlah, telah datang kebenaran dan musnahlah kebathilan. Sesungguhnya kebathilan  itu akan lenyap. Dan Kami menurunkan Qur'an sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang beriman. Dan tidaklah bertambah bagi orang-orang zhalim kecuali kerugian belaka. (Al Isra': 81-82).



Apa maknanya? Ya, kebathilan harus diberantas! Dengan niat ikhlas dan strategi perang yang jitu, Khalid bin Walid beserta para shahabat mujahidin yang saat itu hampir putus asa, menentang arus pemurtadan. Alhamdulillah, dengan rahmat Alloh, Islam dimenangkan. Dan sejak saat itu, kemenangan demi kemenangan berhasil diraih oleh Islam hingga awal abad dua puluh. (Sayang sekali, arus pemurtadan itulah yang akhirnya menggerus kekhalifahan Islam hingga berakhirnya kekhalifahan Utsmaniyah di Turki). Sebuah pertanyaan yang  kontemporer: Bagaimana kondisi di bumi jihad Afghan jika dianalogikan dengan ayat di mukadddimah di atas?

Rindukah Anda pada masa-masa kejayaan Islam? Jika tidak, berhentilah dari status seorang Muslim. Islam tak membutuhkan orang-orang seperti itu! Jika ya, bagaimanakah caranya agar Islam kembali dimenangkan oleh Alloh?

Maka, tengoklah apa yang menjadi aset utama para shahabat Rasululloh yang melekat pada aspek keimanan dan amaliah mereka. Insya Alloh ungkapan AsySyahid Sayyid Quthb menggambarkan bagaimana kukuhnya mereka memegang Islam ini :

Ambil Islam seluruhnya atau tinggalkan sama sekali! Apakah karakteristik Shahabat Rasululloh yang telah mengangkat panji Laa ilaaha illalloh sedemikian tinggi, mencapai dan mempertahankan dengan gigih kejayaan Islam? Dari banyak karakter, Sayyid Quthb merangkumnya ke dalam tiga karakteristik utama generasi Qur'ani :

  1. Sumber pertama yang menjadi tempat pengambilan hukum generasi itu adalah Al-Qur'an. Hadist dan petunjuk Rasululloh (As-Sunnah) adalah petunjuk pelaksanaannya. Al-Qur'anlah satu-satunya sumber pengambilan dasar hukum, standar yang menjadi ukuran dan dasar pemikiran mereka. Bukanlah karena manusia di zaman itu tak memiliki peradaban, ilmu  pengetahuan, buku, ataupun studi yang mendalam. Waktu itu ada kebudayaan,  pengetahuan, buku, dan hukum Romawi, yang hingga saat ini masih dijunjung tinggi dunia Barat. Juga terdapat peninggalan-peninggalan peradaban, logika, filsafat, dan kesenian Yunani kuno. Dan hingga saat ini masih tetap merupakan sumber pemikiran Barat. Belum lagi peradaban Persia, India, bahkan Cina. Rasululloh ingin menciptakan suatu generasi yang  bersih jiwanya, bersih otaknya, bersih konsep dan pemikirannya dari pengaruh lain.

  1. Mereka memandang Alqur'an bukan untuk tujuan menambah pengetahuan atau  memperluas pandangan. Bukan untuk tujuan menikmati keindahan sastra dan  kepentingan ilmiah. Singkat kata, bukan untuk memenuhi otak saja! Mereka mempelajari Alqur'an untuk menerima perintah Alloh tentang urusan pribadi, golongan di mana ia hidup, persoalan kehidupan, hukum dan sanksi (eskatologis). Mereka menerima perintah untuk segera dilaksanakan. Salah satu contoh, ketika minuman keras pertama kali dilarang oleh Alloh melalui Al-Maidah:90, maka para shahabat langsung membuang jauh-jauh botol-botol arak mereka, memuntahkan apa yang ada di mulut mereka, tanpa hendak  menangguhkannya! Ketika panggilan jihad dikumandangkan, salah seorang shahabat dari kalangan Anshar (Hanzhalah), status pengantin baru, berbahagia bisa syahid dalam  keadaan junub dan Rasululloh menggelarinya dengan Yang Dimandikan oleh Malaikat (ghazhilul Malaikah). Ia diberi keistimewaan untuk tak dimandikan jenazahnya. Subhanalloh!





3. Begitu mereka masuk Islam, ditinggalkanlah seluruh masa lalunya yang jahiliyah, yang terpisah sama sekali dari kehidupan jahilnya. Sebagai contoh: Mush'ab bin Umair  meninggalkan kehidupannya yang penuh kesenangan dan kemewahan bangsawan dari keluarganya, hingga ia dimusuhi habis-habisan oleh ibundanya tercinta. Ia lebih memilih hidup sederhana, bergabung bersama shahabat-shahabat lainnya mengikuti pembinaan yang dipandu Rasululloh di rumah Arqam bin Abi Arqam. Dan lihatlah anugerah yang Alloh berikan kepadanya atas keistiqamahannya. Gerangan siapakah yang  mempersiapkan kaum Anshar di Madinah yang tadinya musyrik menjadi mukmin  penolong kaum Muhajirin dari Makkah? Adakah juru dakwah yang brilian  itu seorang yang senior dari kalangan shahabat? Bukan, ialah Mush'ab bin Umair, yang saat itu belum lagi berusia tiga puluh tahun. Kenanglah saat-saat menjelang syahidnya di perang Uhud, beliau berulangkali merangkai kata-kata yang kemudian diabadikan oleh Alloh ke dalam Alqur'an? (lihat ayat di mukaddimah, Ali Imran:144). Betapakah ia sangat disayang oleh Alloh? Betapa tidak, ia meninggalkan kesenangan dunia demi memperoleh syurga Alloh. Tahukah Anda, ia wafat dalam keadaan tak sehelai kain pun untuk menutupi keseluruhan jenazahnya, selain sehelai kain burdah. Seandainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Hingga Rasululloh bersabda dengan wajah yang murung, "Tutuplah ke bagian kepalanya, sedang
kakinya tutuplah dengan rumput idzkhir." Subhanalloh!




Demikianlah karakter para shahabat Rasululloh, generasi Qur'ani yang unik, yang barangkali tak ada lagi padanannya dalam sejarah Islam. Mampukah kita seperti mereka, hingga kejayaan Islam dapat kembali mewarnai dunia ini dengan ornamen-ornamen  firdaus, yang peradabannya sungguh indah, yang kesejahteraannya sungguh merata? Insya Alloh.

Sebening tetesan air hujan, Rindu syahadah, rindukan kemenangan Kurasakan jalannya kian terbentang Kejayaan Islam puncak keindahan Dengan keyakinan dalam, Islam 'kan menang. (nasyid by NUANSA)

Dan hanya kepada Alloh sajalah kita bergantung (Al-Ikhlash:2)

Wassalamu'alaikum wa rahmatulloh wa barakatuh..

Referensi ayat :
o   Ali Imran: 112 --> berpegang kepada tali Alloh; lihat Ali-Imran: 103
o   Al Baqarah: 85 --> balasan thd org dgn keimanan juz'iyah
o   An-Nisa: 65 --> Ciri2 org mukmin
o   Al-Baqarah:165 --> Andad (tandingan) Alloh adalah sesat
o   Ali Imran:85 --> Amalan org kafir adalah sia-sia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar